Kamis, 17 Maret 2016

askeb komunitas

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Balita Gizi Kurang
Berbahan Dasar Bubur Beras
6 Januari 2014 Ditulis oleh Kontributor
Oleh: Dr. Erfi Prafiantini, M.Kes, dkk
Description: makanan balita
Usia 0-2 tahun merupakan periode kehidupan di mana sel-sel otak tumbuh sangat cepat. Seperti kita ketahui otak bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita sangat peduli terhadap faktor yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel otak. Salah satunya faktornya adalah nutrisi atau zat gizi. Dalam masa ini, pola makan harus benar-benar diperhatikan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Dengan pola makan gizi seimbang, tumbuh kembang bayi dan anak akan optimal. Diawali dengan pola pemberian ASI yang tepat, ASI eksklusif 0-6 bulan kemudian pemilihan menu dam penyajian MP-ASI hingga usia 2 tahun dan tetap mengacu pada prinsip makanan bergizi seimbang dalam memilihkan menu untuk buah hati setelah usia 2 tahun.
Masalah anak sulit makan kerapkali kita temui di masyarakat. Memberi makan pada anak memang memerlukan kesabaran dan kreativitas dalam memilih menu dan menyajikannya. Sebenarnya gejala anak sulit makan terjadi saat anak mulai belajar makan sendiri, beberapa ibu mengatakan ketika disuapi anak makan dengan lahap, namun saat belajar makan sendiri anak menjadi malas mengunyah. Hal ini kerap terjadi pada usia 9-18 bulan. Cara mengatasi masalah ini salah satunya dengan melatih anak makan secara teratur, tiga kali sehari dengan porsi yang cukup (tidak banyak) atau memilih tekstur makanan yang mudah dikunyah dan ditelan dengan tetap memerhatikan kebutuhan makro dan mikronutrien. Terutama untuk anak usia < 2 tahun dapat diberikan menu bubur beras.
Bubur beras dipilih karena merupakan makanan pokok yang biasa dikonsumsi dan mudah didapatkan, mudah divariasikan dengan bahan makanan lain sumber protein hewani dan nabati (daging, ikan, telur, tempe, tahu dan sebagainya), dan sumber serat (sayuran). Selain itu, bubur  beras  dapat  difortifikasi  dengan  mikronutrien  tanpa  memengaruhi  rasa sehingga dapat diberikan kepada bayi dan balita dengan defisiensi mikronutrien tertentu.
Beras dan  sumber  makanan  lain  yang  berasal  dari  golongan cereals  dan legumes diketahui mengandung  asam  fitat yang  dapat  memengaruhi  absorpsi  dan  bioavaibilitas  zat  mikronutrien  seperti  besi,  kalsium,  dan seng, serta antitripsin yang menghambat proses pencernaan protein. Asam fitat dapat dihilangkan dengan perendaman  12-24  jam.
Menurut penelitian Umeta , dkk pada tahun 2000,  perebusan/ pengukusan antitripsin  dapat  dihilangkan  dengan teknik pemasakkan perlahan (slow-cooking). Tekstur bubur disesuaikan dengan usia anak, jika dibawah usia 1 tahun dapat diberikan bubur halus kemudian meningkat hingga bubur kasar seiring dengan bertambahnya usia.
Kegiatan yang kami lakukan dalam program pengabdian masyarakat kali ini dengan mitra kader dan posyandu untuk menjaring balita gizi kurang. Diharapkan ibu-ibu kader dapat melatih dan mengajarkan ibu-ibu yang memiliki balita dengan gizi kurang dapat membuat bubur beras dengan prinsip bergizi seimbang dan menu yang bervariasi setiap harinya. Ibu balita dibagi dalam 2 kelompok, kelompok ibu dengan anak usia < 2 tahun dan kelompok ibu dengan usia anak >2 hingga 5 tahun.
Kegiatan pembinaan berlangsung selama 2 bulan dan diperoleh hasil pada anak usia 0-2 tahun penambahan berat badannya sekitar 0,6 kg dan anak usia >2 hingga 5 tahun penambahan berat badan 1,7 kg. Apabila dalam 2 bulan berturut-turut tidak terjadi penambahan berat badan anak maka berarti pertumbuhan anak terganggu. Menurut WHO, pertambahan berat badan anak usia >2 tahun hingga 5 tahun rata-rata 2-2,5 kg/tahun sehingga penambahan 1,7 kg dalam 2 bulan terhitung cukup besar. Namun penambahan berat badan harus diimbangi dengan eksplorasi aktifitas fisik sehingga anak tetap sehat dan bugar tanpa menjadi obes, misalnya dengan permainan berlari, melompat dan sebagainya.
Prinsipnya pada anak sehat, usia bertambah, berat badan bertambah dan diimbangi dengan peningkatan panjang atau tinggi badan. Ibu dapat memantau pertumbuhan anak secara berkala melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Oleh karena itu setiap bulan anak harus ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya.
Hal menarik  dari studi yang kami lakukan di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Koja Jakarta Utara, pemberian makanan  berbahan baku bubur beras dengan rata-rata asupan kalori harian 360 kkal/hari selama 1 bulan, 10 anak dengan status gizi kurang usia 6 bulan – 2 tahun (baduta) mengalami kenaikan berat badan yaitu 0,58 kg/bulan. Kenaikan berat badan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikkan berat badan baduta yang  diberikan PMT berupa susu atau biskuit (550-650 kkal/hari), yang rata-rata hanya sekitar 0,35 kg/bulan.







Analisa....!!!!
Masalah gizi sering terjadi sejak saat masa janin. Banyaknya bayi ataupun balita yang mengaami kekurangan gizi. Masalah kekurangan gizi ini merupakan faktor utama kematian balita. Banyak anak yang kekurangan akan energi sehingga menyebabkan pertumbuan dan perkembangan anak menjadi tidak optimal. Bahkan dengan adanya kekurangan gizi menyebbabkan timbulnya penyakit-penyakit yang dapt menyerang anak.
Pada usia 0-2 tahun merupakan periode kehidupan di mana sel-sel otak tumbuh sangat cepat. Seperti kita ketahui otak bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita sangat peduli terhadap faktor yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel otak. Salah satunya faktornya adalah nutrisi atau zat gizi. Dalam masa ini, pola makan harus benar-benar diperhatikan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi. Dimana sebagai orangtua kita harusnya sudah benar-benar jeli akan nutrisi untuk anak kita sendiri. Karena kecerdasan anak uga sangat mempengaruhi nasib generasi bangsa yang akan meneruskan perjuangan negeri ini. Akan tetapi sebagai orangtua juga, harus pintar dan bisa memilah-milahh mana makanan yag tepat uuntuk anak periode balita. Karena sistem pencernaan baita dengan orang dewasa sangatlah berbeda.
Dengan kita memberikan pola nutrisi gizi seimbang, kescerdasan otak anak juga akan optial. Yang diawali dengan patuhnya dan kesesuaian saat pemberian ASI sewaktu usia 0-6 bulan, bisa jadi pemberian ASI diberi hingga umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak.
                Memberi makan pada anak memanglah membutuhkan kesabaran dan kreativitas. Karena anak biasanya sangat sulit untuk makan biasanya hal ini terjadi pada usia 9-18 bulan. Pemberian makanan tambahan adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan energi pada balita. Bubur beras merupakan salah satu alternatif yang baik untuk dijadikan sebagai makanan tambahan pada ballita. Bubur beras juga bisa dipadukan dengan sumbeer makanan lainnya misalnya dengan ditambahkan wortel sehingga kebutuhan nutrisi anak bisa tercukupi. Dan dengan pembrian bubur beras juga, anak bisa menguyah dengan baik kaarena sifat dari bubur beras ini halus. Beras dan  sumber  makanan  lain  yang  berasal  dari  golongan cereals  dan legumes diketahui mengandung  asam  fitat yang  dapat  memengaruhi  absorpsi  dan  bioavaibilitas  zat  mikronutrien  seperti  besi,  kalsium,  dan seng, serta antitripsin yang menghambat proses pencernaan protein. Asam fitat dapat dihilangkan dengan perendaman  12-24  jam.
            Menurut penelitian Umeta , dkk pada tahun 2000,  perebusan/ pengukusan antitripsin  dapat  dihilangkan  dengan teknik pemasakkan perlahan (slow-cooking). Tekstur bubur disesuaikan dengan usia anak, jika dibawah usia 1 tahun dapat diberikan bubur halus kemudian meningkat hingga bubur kasar seiring dengan bertambahnya usia.Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.

Olehnya sebagai orangtua haruslah mempedulikan nutrisi anak kita dengan memperhatikan pola makan, jenis makanan yang dikonsumsi sehingga bisa mencerdaskan otak anak. Akan tetapi tidak disarankan memberikan makanan juncfood pada anak balita, karena  gizi yang terkandung dalam makanan tersebut sangatlah sedikit. Dan sistem pencernaan anak balita juga belum bisa untuk mencerna sempurna seperti orang dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar