Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Balita Gizi Kurang
Berbahan Dasar Bubur Beras
Oleh: Dr. Erfi Prafiantini, M.Kes, dkk
Usia 0-2 tahun merupakan periode kehidupan di
mana sel-sel otak tumbuh sangat cepat. Seperti kita ketahui otak
bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya
kita sangat peduli terhadap faktor yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel otak.
Salah satunya faktornya adalah nutrisi atau zat gizi. Dalam masa ini, pola
makan harus benar-benar diperhatikan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak
janin. hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy
Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi
lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes
Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu
faktor penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Dengan
pola makan gizi seimbang, tumbuh kembang bayi dan anak akan optimal. Diawali
dengan pola pemberian ASI yang tepat, ASI eksklusif 0-6 bulan kemudian
pemilihan menu dam penyajian MP-ASI hingga usia 2 tahun dan tetap mengacu pada
prinsip makanan bergizi seimbang dalam memilihkan menu untuk buah hati setelah
usia 2 tahun.
Masalah anak sulit makan kerapkali kita temui
di masyarakat. Memberi makan pada anak memang memerlukan kesabaran dan
kreativitas dalam memilih menu dan menyajikannya. Sebenarnya gejala anak sulit
makan terjadi saat anak mulai belajar makan sendiri, beberapa ibu mengatakan
ketika disuapi anak makan dengan lahap, namun saat belajar makan sendiri anak
menjadi malas mengunyah. Hal ini kerap terjadi pada usia 9-18 bulan. Cara
mengatasi masalah ini salah satunya dengan melatih anak makan secara teratur,
tiga kali sehari dengan porsi yang cukup (tidak banyak) atau memilih tekstur
makanan yang mudah dikunyah dan ditelan dengan tetap memerhatikan kebutuhan
makro dan mikronutrien. Terutama untuk anak usia < 2 tahun dapat diberikan
menu bubur beras.
Bubur beras dipilih karena merupakan makanan
pokok yang biasa dikonsumsi dan mudah didapatkan, mudah divariasikan dengan
bahan makanan lain sumber protein hewani dan nabati (daging, ikan, telur,
tempe, tahu dan sebagainya), dan sumber serat (sayuran). Selain itu,
bubur beras dapat difortifikasi dengan
mikronutrien tanpa memengaruhi rasa sehingga dapat diberikan
kepada bayi dan balita dengan defisiensi mikronutrien tertentu.
Beras dan sumber
makanan lain yang berasal dari golongan cereals
dan legumes diketahui mengandung asam fitat yang
dapat memengaruhi absorpsi dan bioavaibilitas
zat mikronutrien seperti besi, kalsium, dan seng,
serta antitripsin yang menghambat proses pencernaan protein. Asam fitat dapat
dihilangkan dengan perendaman 12-24 jam.
Menurut penelitian Umeta , dkk pada tahun
2000, perebusan/ pengukusan antitripsin dapat
dihilangkan dengan teknik pemasakkan perlahan (slow-cooking).
Tekstur bubur disesuaikan dengan usia anak, jika dibawah usia 1 tahun dapat
diberikan bubur halus kemudian meningkat hingga bubur kasar seiring dengan
bertambahnya usia.
Kegiatan yang kami lakukan dalam program
pengabdian masyarakat kali ini dengan mitra kader dan posyandu untuk menjaring
balita gizi kurang. Diharapkan ibu-ibu kader dapat melatih dan mengajarkan
ibu-ibu yang memiliki balita dengan gizi kurang dapat membuat bubur beras
dengan prinsip bergizi seimbang dan menu yang bervariasi setiap harinya. Ibu
balita dibagi dalam 2 kelompok, kelompok ibu dengan anak usia < 2 tahun
dan kelompok ibu dengan usia anak >2 hingga 5 tahun.
Kegiatan pembinaan berlangsung selama 2 bulan
dan diperoleh hasil pada anak usia 0-2 tahun penambahan berat badannya sekitar
0,6 kg dan anak usia >2 hingga 5 tahun penambahan berat badan 1,7 kg.
Apabila dalam 2 bulan berturut-turut tidak terjadi penambahan berat badan anak
maka berarti pertumbuhan anak terganggu. Menurut WHO, pertambahan berat badan
anak usia >2 tahun hingga 5 tahun rata-rata 2-2,5 kg/tahun sehingga
penambahan 1,7 kg dalam 2 bulan terhitung cukup besar. Namun penambahan berat
badan harus diimbangi dengan eksplorasi aktifitas fisik sehingga anak tetap
sehat dan bugar tanpa menjadi obes, misalnya dengan permainan berlari, melompat
dan sebagainya.
Prinsipnya pada anak sehat, usia bertambah,
berat badan bertambah dan diimbangi dengan peningkatan panjang atau tinggi
badan. Ibu dapat memantau pertumbuhan anak secara berkala melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS). Oleh karena itu setiap bulan anak harus ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya.
Hal menarik dari studi yang kami lakukan
di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Koja Jakarta Utara, pemberian
makanan berbahan baku bubur beras dengan rata-rata asupan kalori harian
360 kkal/hari selama 1 bulan, 10 anak dengan status gizi kurang usia 6 bulan –
2 tahun (baduta) mengalami kenaikan berat badan yaitu 0,58 kg/bulan. Kenaikan
berat badan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikkan berat
badan baduta yang diberikan PMT berupa susu atau biskuit (550-650
kkal/hari), yang rata-rata hanya sekitar 0,35 kg/bulan.
Analisa....!!!!
Masalah gizi sering terjadi sejak saat masa
janin. Banyaknya bayi ataupun balita yang mengaami kekurangan gizi. Masalah
kekurangan gizi ini merupakan faktor utama kematian balita. Banyak anak yang
kekurangan akan energi sehingga menyebabkan pertumbuan dan perkembangan anak
menjadi tidak optimal. Bahkan dengan adanya kekurangan gizi menyebbabkan timbulnya
penyakit-penyakit yang dapt menyerang anak.
Pada usia 0-2 tahun merupakan periode
kehidupan di mana sel-sel otak tumbuh sangat cepat. Seperti kita ketahui otak
bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya
kita sangat peduli terhadap faktor yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel otak.
Salah satunya faktornya adalah nutrisi atau zat gizi. Dalam masa ini, pola
makan harus benar-benar diperhatikan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Dimana sebagai orangtua kita harusnya sudah benar-benar jeli akan nutrisi untuk
anak kita sendiri. Karena kecerdasan anak uga sangat mempengaruhi nasib
generasi bangsa yang akan meneruskan perjuangan negeri ini. Akan tetapi sebagai
orangtua juga, harus pintar dan bisa memilah-milahh mana makanan yag tepat
uuntuk anak periode balita. Karena sistem pencernaan baita dengan orang dewasa
sangatlah berbeda.
Dengan kita memberikan pola nutrisi gizi
seimbang, kescerdasan otak anak juga akan optial. Yang diawali dengan patuhnya
dan kesesuaian saat pemberian ASI sewaktu usia 0-6 bulan, bisa jadi pemberian
ASI diberi hingga umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi anak.
Memberi makan pada anak memanglah membutuhkan kesabaran dan
kreativitas. Karena anak biasanya sangat sulit untuk makan biasanya hal ini
terjadi pada usia 9-18 bulan. Pemberian makanan tambahan adalah usaha untuk
mencukupi kebutuhan energi pada balita. Bubur beras merupakan salah satu
alternatif yang baik untuk dijadikan sebagai makanan tambahan pada ballita.
Bubur beras juga bisa dipadukan dengan sumbeer makanan lainnya misalnya dengan
ditambahkan wortel sehingga kebutuhan nutrisi anak bisa tercukupi. Dan dengan
pembrian bubur beras juga, anak bisa menguyah dengan baik kaarena sifat dari
bubur beras ini halus. Beras dan
sumber makanan lain
yang berasal dari
golongan cereals dan legumes
diketahui mengandung asam fitat yang
dapat memengaruhi absorpsi
dan bioavaibilitas zat
mikronutrien seperti besi,
kalsium, dan seng, serta
antitripsin yang menghambat proses pencernaan protein. Asam fitat dapat
dihilangkan dengan perendaman 12-24 jam.
Menurut
penelitian Umeta , dkk pada tahun 2000,
perebusan/ pengukusan antitripsin
dapat dihilangkan dengan teknik pemasakkan perlahan
(slow-cooking). Tekstur bubur disesuaikan dengan usia anak, jika dibawah usia 1
tahun dapat diberikan bubur halus kemudian meningkat hingga bubur kasar seiring
dengan bertambahnya usia.Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan
pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu
beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan
pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.
PMT pemulihan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu
dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan
makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan
makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.
Olehnya sebagai orangtua
haruslah mempedulikan nutrisi anak kita dengan memperhatikan pola makan, jenis
makanan yang dikonsumsi sehingga bisa mencerdaskan otak anak. Akan tetapi tidak
disarankan memberikan makanan juncfood pada anak balita, karena gizi yang terkandung dalam makanan tersebut
sangatlah sedikit. Dan sistem pencernaan anak balita juga belum bisa untuk
mencerna sempurna seperti orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar