Kamis, 17 Maret 2016

kebutuhan dasar ibu nifas

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

GIZI/NUTRISI

Gizi memiliki peran yang sangat penting bagi perempuan, sejak masih berupa janin hingga usia lanjut. Siklus kehidupan perempuan dibagi dalam tahap :
·         Masa kecil dan masa anak-anak.
·         Masa remaja.
·         Masa reproduksi.
·         Masa akhir kehidupan.
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Ibu menyusui harus mengkonsumsi makanan dengan prinsip Gizi Seimbang agar siap untuk memproduksi ASI dan siap menyusui. Agar produksi ASI lancar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mempraktikkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Ibu yang menyusui biasanya merasa lapar dan haus. Oleh karena itu harus diimbangi dengan pola makan ber-Gizi Seimbang, termasuk mengkonsumsi cukup air minum. Dalam sehari, produksi ASI bisa mencapai 600 – 1.000 ml. Jumlah ini akan diisap bayi sesuai dengan kebutuhannya setiap saat.
A.    Prinsip Gizi Seimbang
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Menurut Prinsip Gizi Seimbang (PGS), zat gizi yang dibutuhkan harus mengandung:
1.      Sumber tenaga/energi
a.       Karbohidrat   
Ibu menyusui membutuhkan 45 – 65% total energi dari karbohidrat. Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.



b.      Lemak
Selain sebagai sumber energi, lemak berperan dalam produksi ASI dan pembawa vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dalam ASI. Lemak yang diperlukan pada ibu menyusui terutama adalah lemak tak jenuh ganda, seperti omega-3 dan omega-6. Makanan sumber lemak omega-6 seperti; minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak bunga matahari. Lemak yang mengandung omega-6 terdapat di berbagai jenis ikan laut dalam, seperti; tongkol, cakalang, tengiri, lemuru, sarden dan salmon. Asam lemak omega-3 dan omega-6 penting untuk perkembangan dan fungsi saraf janin. Namun, konsumsi lemak tidak boleh berlebihan, sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine).
2.      Sumber pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae. Protein adalah zat gizi utama yang mendukung protein ASI. Oleh karena itu dalam prinsip gizi seimbang, porsi lauk-pauk sumber protein hewani ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu tidak menyusui.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.
3.      Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
v  Jenis-jenis mineral penting, seperti:
a.       Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang – kacangan dan sayuran berwarna hijau.
b.      Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya : susu, keju dan daging.



c.       Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau.   
d.      Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.
e.       Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak, sumbernya : susu dan keju
v  Jenis-Jenis Vitamin :
a.       Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna kuning (wortel, tomat dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU)
b.      Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan, tomat jeruk nanas dan kentang bakar.
c.       Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati, kuning telur, susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
d.      Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang- kacangan beras merah, jamur dan tomat.
e.       Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.



f.       Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumber : telur, daging hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
g.      Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukkan sel darah merah dan produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau.
h.      Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat (untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran. 
i.        Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya antara lain : minyak ikan, susu, margarine dan penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi (sebelum pukul 09.00).
j.        Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal. Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam.

Tabel Perbandingan Angka Kecukupan Energi dan Zat Gizi Wanita Dewasa, Ibu Hamil dan Menyusui
No
Zat Gizi
Wanita Dewasa
Ibu Hamil
Ibu menyusui
0 – 6 bulan
7 – 12 bulan
1.
Energi (kkal )
2200
285
700
500
2
Protein (g)
48
12
16
12
3
Vitamin A (RE)
500
200
350
300
4
Vitamin D (mg)
5
5
5
5
5
Vitamin E (mg)
8
2
4
2
6
Vitamin K (mg)
6,5
6,5
6,5
6,5
7
Tiamin (mg)
1,0
0,2
0,3
0,3
8
Riboflavin (mg)
1,2
0,2
0,4
0,3
9
Niasin (mg)
9
0, 1
3
3
10
Vitamin B 12 (mg)
1,0
0,3
0,3
0,3
11
Asam Folat (mg)
150
150
50
40
12
Piidoksin (mg)
1,6
0,6
0,5
0,5
13
Vitamin C (mg)
60
10
25
10
14
Kalsium (mg)
500
400
400
400
15
Fosfor (mg)
450
200
300
200
16
Besi (mg)
26
20
2
2
17
Seng (mg)
15
5
10
10
18
Yodium (mg)
150
25
50
50
19
Selenium (mg)
55
15
25
20




Kebutuhan energi ibu nifas/menyusui pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari.
B.     Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi pada ibu menyusui sering merupakan akibat lanjut dari kekurangan gizi pada masa kehamilan, misal anemia dan kekurangan vitamin A. Oleh karena itu ibu menyusui dianjurkan mengkonsumsi suplemen tablet tambah darah dan vitamin A untuk menutupi kekurangan dari asupan makanan. Sering juga ibu menyusui kekurangan energi sehingga menjadi kurus. Hal ini disebabkan kebutuhan energi ibu menyusui meningkat tanpa diimbangi dengan pola makan ber-Gizi Seimbang.
C.    Petunjuk Mengolah dan Menyajikan Makanan
Selain memilih makanan yang bergizi, cara mengolah dan menyajikan makanan akan menentukan mutu gizi makanan. Apabila cara pengolahan bahan makanan dilakukan tidak hygienis, dapat dipastikan kandungan zat gizinya berkurang, hilang, bahkan dapat membahayakan kesehatan. Untuk memperoleh makanan yang berkualitas, dibutuhkan suatu cara mengolah dan menyajikan makanan secara sempurna dan sehat.
Langkah-langkah mengolah dan menyajikan makanan
1.      Pilih sayuran dan buah-buahan yang masih segar.
2.      Pilih daging/ikan dengan kadar lemak yang rendah dan masih segar. Jika harus disimpan dalam lemari es, bungkus rapat dan jangan dicampur dengan bahan makanan lain. Daging yang disimpan di freezer dapat bertahan sampai 1 bulan.
3.      Belilah daging yang sudah dapat pengesahan resmi dari badan pemerintah.
4.      Bersihkan tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan.
5.      Cuci bahan makanan sampai bersih.
6.      Pergunakan peralatan masak yang bersih.
7.      Saat memasak sayuran, upayakan jangan terlalu empuk/lunak dan panci dalam keadaan tertutup.
8.      Untuk membunuh kuman dalam daging, masaklah daging sampai matang.
9.      Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet, dan bumbu masak (vetsin).
10.  Usahakan jangan memakai minyak goreng yang sudah berulangkali digunakan.
11.  Perhatikan waktu kadaluarsa, komposisi vitamin, mineral, serta kemasan makanan kalengan yang digunakan (tidak penyok atau berkarat).
12.  Sesudah selesai memasak, bersihkan tempat mengolah daging dan ikan dengan sabun yang mengandung antiseptik.
D.    Pantangan Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat menentukan kondisi bayinya. Oleh karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari makanan-makanan tertentu yang dapat berdampak negatif pada bayi. Apabila ibu menyusui mengkonsumsi makanan kemasan maka label kemasan yang tertera harus diperhatikan dengan teliti.



Makanan yang sebaiknya dihindari
1.      Makanan awetan yang mengandung zat aditif. Makanan seperti ini kemungkinan besar dapat membahayakan kesehatan bayi.
2.      Makanan berkalori tinggi yang hanya mengandung gula, lemak, dan kurang mengandung zat-zat gizi lainnya, misalnya fastgood, softdrink, dan goreng-gorengan.
3.      Daging atau makanan yang tidak diolah dengan sempurna karena kemungkinan besar masih mengandung kuman.
4.      Kopi dan coklat yang berlebihan. Kafein dapat meningkatkan tekanan darah yang dapat membahayakan kesehatan ibu menyusui dan bayinya.
E.     Tindakan Asuhan Masa Nifas Normal
Ibu menyusui harus :
1.      Mengkonsumsi tambahan kalori (pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari).
2.      Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3.      Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
4.      Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
5.      Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

SENAM NIFAS

               Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya.Untuk mengembalikan ke keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
               Masa pasca melahirkan ibu disarankan melakukan olahraga, diantaranya senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah melahirkan. Pada ibu post seksio sesaria, ambulasi dini termasuk senam nifas dimulai pada 24 – 36 jam setelah melahirkan. Dengan ambulasi dini dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk semula.
1.      Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.



2.      Manfaat Senam Nifas
a.       Manfaat latihan secara umum :
1)      Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.
2)      Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3)      Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
b.      Manfaat khusus latihan perineal (kegel) :
1)      Membantu menghindari terjadinya mengompol akibat stress.
2)      Mencegah turunnya organ-organ pinggul.
3)      Mengatasi masalah seksual.
c.       Manfaat khusus latihan perut  :
1)      Mengurangi risiko sakit punggung dan pinggang.
2)      Mengurangi varises vena.
3)      Mengurangi edema di kaki.
4)      Mengatasi kram di kaki.
5)      Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena (thrombi).
6)      Memperlancar peredaran darah
3.      Faktor-Faktor yang Menentukan Kesiapan Ibu Melakukan Senam Nifas
Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain:
a.       Tingkat kebugaran tubuh ibu
b.      Riwayat persalinan
c.       Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
d.      Kesulitan adaptasi post partum
4.      Hal-Hal yang Harus Diperhatikan
a.       Lakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan.
b.      Lakukan latihan singkat, tetapi sering dibandingkan latihan yang berat tetapi hanya sekali-sekali.
c.       Lakukan latihan dengan perlahan, jangan mengulang suatu seri terlalu cepat tanpa jeda istirahat.
d.      Beristirahatlah di antara latihan karena perbaikan otot terjadi saat ini – bukan saat otot digerakkan.
e.       Jangan berlatih lebih dari yang dianjurkan, meskipun merasa sanggup melakukannya.
f.       Berhentilah sebelum lelah.
g.      Jangan melakukan latihan sit up penuh, menekuk lutut ke arah dada, atau pengangkatan dua kaki, selama 6 minggu pertama pasca persalinan.



5.      Tahap-Tahap Senam Nifas
a.       Latihan tahap pertama : 24 jam setelah persalinan
1)      Latihan Kegel (latihan perineal)
Lakukan gerakan seperti menahan Buang Air Kecil (BAK), tahan 8-10 detik. Latihan ini dapat dilakukan dimana saja, bahkan saat berbaring setelah melahirkan.
2)      Latihan pernafasan diafragma yang dalam

Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk kemudian ambil napas sambil kencangkan otot-otot perut dan hembuskan napas perlahan lewat mulut.

b.      Latihan tahap kedua : 3 hari pasca persalinan
1)      Latihan mengangkat pinggul
Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk kemudian hirup nafas, sementara anda menekan pinggul ke lantai, selanjutnya hembuskan nafas dan lemaskan. Mulailah dengan 3 – 4 kali, kemudian secara bertahap sampai 12 lalu 24 kali. 

2)      Latihan mengangkat kepala
Tarik napas dalam-dalam, angkat kepala sedikit sambil menghembuskan napas, kemudian turunkan kepala perlahan sambil menarik napas.
3)      Latihan meluncurkan kaki
Secara berlahan julurkan kedua tungkai kaki hingga rata dengan lantai, kemudian geserkan telapak kaki kanan dengan tetap menjejak lantai ke belakang kearah bokong, pertahankan pinggul tetap menekan lantai geserkan tungkai kaki kembali kebawah, ulangi untuk kaki kiri.



Mulailah dengan 3 – 4 kali geseran setiap kaki, lalu secara bertahap sampai 12 kali atau lebih dengan nyaman.
        
c.       Latihan tahap ketiga : setelah pemeriksaan pasca persalinan
1)      Latihan mengencangkan otot perut
Ambil posisi dasar, letakkan tangan di perut kemudian kencangkan otot perut dan kendurkan lagi. Gerakan harus ke arah dalam, dada tidak boleh ikut bergerak.
2)      Latihan merapatkan otot perut
Tahan otot perut dengan tangan, angkat kepala dan pundak dari bantal seolah hendak duduk. Ulangi 5 kali.
3)      Latihan merampingkan pinggang
Letakkan dua tangan di pinggang dan tekan keras-keras seolah-olah sedang mengencangkan ikat pinggang kemudian kendurkan. Ulangi sebanyak 5 kali.
       
4)      Berlutut
a)      Sikap merangkak bertumpu pada lutut dan telapak tangan. Gerakkan pinggang  ke atas, ke bawah, sambil kencangkan otot perut.

b)      Gerakkan pinggul dan kepala ke kiri dan ke kanan bergantian.
                   

5)      Latihan meregangkan badan
a)      Berbaring terlentang. Kencangkan otot perut, gerakkan lengan di samping badan seolah hendak menjangkau mata kaki secara bergantian. Luruskan kembali. Lakukan pada masing-masing lengan sebanyak 5 kali.
b)      Berbaring miring. Kencangkan otot perut, gerakkan lengan lurus ke atas kepala dan kaki lurus-lurus ke bawah sehingga badan membentuk garis lurus. Istirahat, ulangi sebanyak 5 kali.

      




6)      Duduk
Letakkan tangan di atas kepala, otot perut dikencangkan ke dalam dan gerakan tubuh ke depan untuk memegang jari-jari kaki. Ulangi sebanyak 5 kali.
       
7)      Berdiri
Berdiri tegak kemudian perut dikencangkan ke dalam.

       
8)      Berbaring telungkup
Berbaring dengan bantal di bawah kepala dan sebuah lagi di bawah perut   kemudian kencangkan otot perut. berbaring tidak boleh lebih dari 20 menit.

       





AMBULASI DINI (EARLY AMBULATION)

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila partus berlangsung agak lama, karenanya harus cukup istirahat. Tetapi jika tidak ada permasalahan ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan. Ambulasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan dan nifas. Ambulasi dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu.
1.      Pengertian
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
2.      Waktu Ambulasi
Ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24 48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
3.      Keuntungan Ambulasi Dini
a.       Ibu merasa lebih sehat dan kuat, sehingga dapat segera merawat bayinya.
b.      Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah tromboflebitis.
c.       Meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi.
4.      Kontraindikasi
Ibu dengan penyulit, seperti : anemia, penyakit jantung, penyakit paru, dan lain-lain.

ELIMINASI

1.     Buang Air Kecil (BAK)
Perubahan Sistem Renal
       Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih mengalami banyak edema dan hipotonik, yang dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna, dan urin residual berlebihan kecuali diberikan perawatan untuk pengosongan kandung kemih.
BAK secara spontan harus terjadi dalam 4 – 8 jam pertama dan minimal sebanyak 200 cc. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri.
Rangsangan BAK yang dapat dilakukan :
a.       Anjurkan ibu untuk minum banyak cairan.
b.      Segera lakukan ambulasi.
c.       Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
d.      Mengompres air hangat/dingin diatas simpisis.
e.       Bila perlu lakukan kateterisasi sewaktu.



Prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran  kencing tinggi, untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum. Jika dilakukan douwer kateter, maka harus diganti setelah 48 jam.
2.     Buang Air Besar (BAB)
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita menahan mungkin defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena kurangnya pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan pada perineum jika melakukan defekasi. Biasanya 2 3 hari post partum masih sulit buang air besar.
Asuhan yang bisa diberikan :
a.       Ambulasi dini dan olahraga teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
b.      Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat.
c.       Jika klien pada hari ke tiga belum juga buang air besar maka diberikan obat laksan supositoria.

KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

Pada masa postpartum, seorang wanita akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Baik kebersihan ibu maupun bayinya.
1.      Kebersihan Diri Ibu
a.       Personal hygiene
1)      Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi.
2)      Mandi teratur minimal dilakukan 2 kali dalam sehari.
3)      Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
4)      Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
b.      Vulva hygiene
1)      Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
2)      Setelah BAB atau BAK perineum dibersihkan secara rutin dengan cara membersihkan mulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi.
3)      Menyarankan untuk mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3 – 4 jam atau paling sedikit 4 kali sehari. Posisikan pembalut dengan benar sehingga tidak bergeser dan lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari anus ke vagina.



4)      Beritahu tentang jumlah, warna dan bau lochea sebagai deteksi dini jika terdapat kelainan.
5)      Menyarankan untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyentuh daerah kelamin.
6)      Anjurkan untuk tidak sering menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
7)      Pada ibu dengan post sectio caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering.
c.       Perawatan payudara
1)      Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.
2)      Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.
3)      Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
4)      Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 6 jam.
2.      Kebersihan Bayi
Hal-hal yang perlu dijelaskan kepada ibu nifas agar bayi tetap terjaga kebersihannya :
a.       Memandikan bayi setelah 6 jam postpartum untuk mencegah hipotermi.
b.      Mandikan bayi 2 kali sehari.
c.       Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor karena BAB/BAK.
d.      Menjaga daerah pantat dan kelamin agar tetap bersih dan kering.
e.       Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat.
f.       Menjaga peralatan bayi tetap bersih.


ISTIRAHAT DAN TIDUR

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Seorang ibu yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Istirahat dapat dilakukan dengan tidur siang atau tidur malam.



1.      Dampak kurang tidur
a.       Jumlah ASI berkurang.
b.      Memperlambat proses involusi uteri.
c.       Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayinya.
2.      Asuhan yang dapat diberikan
a.       Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
b.      Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c.       Kembali ke kegiatan/aktivitas rumah tangga secara bertahap.


SEKSUAL

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3 4 minggu post Partum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatanya maupun lamanya, juga orgasmepun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas, berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
1.      Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas :
a.       Intensitas respons seksual berkurang karena perubahan faal tubuh.
b.      Rasa lelah karena mengurus bayinya sehingga mengalahkan minat untuk berhubungan seksual.
c.       Bounding dengan bayinya menguras semua cinta kasih, sehingga waktu untuk pasangan berkurang.
d.      Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara psikologis tidak nyaman untuk berhubungan.
e.       Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen menurun yang mempengaruhi sel-sel menyekresi cairan pelumas vagina alamiah berkurang, sehingga menimbulkan rasa sakit bila berhubungan.
f.       Ibu mengalami letdown ASI, sehingga respon terhadap orgasme yang diarasakan sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui.
2.      Asuhan yang dapat diberikan :
a.       Bidan biasanya memberikan batasan 6 minggu postpartum.
b.      Ungkapkan cinta dengan cara lain.
c.       Komunikasi harus tetap terjalin.
d.      Penggunaan alat kontrasepsi harus segera dilakukan.




KELUARGA BERENCANA (KB)

Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu.
Keluarga berencana (WHO Expert Commite, 1970) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
ü  Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
ü  Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan.
ü  Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
ü  Mengatur interval diantara kelahiran.
ü  Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
ü  Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
1.      Evaluasi Asuhan
Evaluasi yang perlu dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kepada ibu nifas dan rencana ber-KB, antara lain :
a.       Ibu mengetahui pengertian KB dan manfaatnya.
b.      Ibu dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi untuk menyusui.
c.       Ibu dapat menyebutkan beberapa keuntungan dan kekurangan pemakaian alat kontrasepsi.
d.      Ibu dapat memilih/menentukan metode kontrasepsi yang sesuai.
2.      Macam-Macam Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui
a.       MAL (Metode Amenore Laktasi).
b.      Pil progestin (mini pil).
c.       Suntikan progestin.
d.      Kontrasepsi implant.
e.       AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).




DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta; EGC.

Fairuz, Martini dan Prasetyowati. 2010. Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta; EGC.

Krisnatuti, Diah dan Hastoro, Indriyadi. 2000. Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta; Puspa Swara.

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta; Trans Info Media.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta; JNPKKR – POGI.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta; Fitramaya.

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta; EGC.

Yuliarti, Nurheti. 2010. Panduan Lengkap Olahraga bagi Wanita Hamil dan Menyusui. Yogyakarta; Andi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar