KEBUTUHAN DASAR IBU
MASA NIFAS
GIZI/NUTRISI
Gizi memiliki peran yang sangat penting bagi perempuan, sejak masih berupa
janin hingga usia lanjut. Siklus kehidupan perempuan dibagi dalam tahap :
·
Masa
kecil dan masa anak-anak.
·
Masa
remaja.
·
Masa
reproduksi.
·
Masa
akhir kehidupan.
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan
dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu
akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Ibu menyusui harus mengkonsumsi makanan dengan prinsip Gizi Seimbang agar
siap untuk memproduksi ASI dan siap menyusui. Agar produksi ASI lancar,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mempraktikkan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD). Ibu yang menyusui biasanya merasa lapar dan haus. Oleh
karena itu harus diimbangi dengan pola makan ber-Gizi Seimbang, termasuk
mengkonsumsi cukup air minum. Dalam sehari, produksi ASI bisa mencapai 600 –
1.000 ml. Jumlah ini akan diisap bayi sesuai dengan kebutuhannya setiap saat.
A.
Prinsip Gizi Seimbang
Menu makanan
seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan
pengawet atau pewarna. Menurut Prinsip Gizi Seimbang (PGS), zat gizi yang
dibutuhkan harus mengandung:
1. Sumber tenaga/energi
a. Karbohidrat
Ibu menyusui membutuhkan 45 – 65% total energi dari karbohidrat. Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru,
penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai
cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat
terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
b.
Lemak
Selain sebagai
sumber energi, lemak berperan dalam produksi ASI dan pembawa vitamin larut
lemak (vitamin A, D, E, dan K) dalam ASI. Lemak yang diperlukan pada ibu
menyusui terutama adalah lemak tak jenuh ganda, seperti omega-3 dan omega-6.
Makanan sumber lemak omega-6 seperti; minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak
bunga matahari. Lemak yang mengandung omega-6 terdapat di berbagai jenis ikan
laut dalam, seperti; tongkol, cakalang, tengiri, lemuru, sarden dan salmon.
Asam lemak omega-3 dan omega-6 penting untuk perkembangan dan fungsi saraf
janin. Namun, konsumsi lemak tidak boleh berlebihan, sesuai dengan prinsip Gizi
Seimbang. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega,
keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine).
2. Sumber pembangun (Protein)
Protein diperlukan
untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari
makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus
dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae. Protein adalah zat gizi
utama yang mendukung protein ASI. Oleh karena itu dalam prinsip gizi seimbang,
porsi lauk-pauk sumber protein hewani ibu menyusui harus lebih besar daripada
ibu tidak menyusui.
Sumber protein
dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging
ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah,
kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat
dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur,
zat besi dan vitamin B.
3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral,
vitamin dan air)
Unsur-unsur tersebut
digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan
pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
v Jenis-jenis mineral penting,
seperti:
a.
Zat
kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang
– kacangan dan sayuran berwarna hijau.
b.
Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak,
sumbernya : susu, keju dan daging.
c.
Zat
besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui
karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel
darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat
besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan
dan sayuran hijau.
d.
Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental
dan kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam
beryodium.
e.
Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi
anak, sumbernya : susu dan keju
v
Jenis-Jenis
Vitamin :
a.
Vitamin
A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah
berwarna kuning (wortel, tomat dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga
mendapat tambahan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU)
b.
Vitamin
B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu
metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik,
membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang-kacangan,
tomat jeruk nanas dan kentang bakar.
c.
Vitamin
B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu
makan, pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati,
kuning telur, susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
d.
Vitamin
B3 (Niacin)
Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses
pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu,
kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang- kacangan beras
merah, jamur dan tomat.
e.
Vitamin
B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta
kesehatan gigi dan gusi. Sumber : gandum, jagung, hati dan daging.
f.
Vitamin
B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan
jaringan saraf. Sumber : telur, daging hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
g.
Folic
Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukkan sel
darah merah dan produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan
sayuran hijau.
h.
Vitamin
C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan
ikat (untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan
terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber :
jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran.
i.
Vitamin
D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi
serta penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya antara lain : minyak ikan, susu,
margarine dan penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi (sebelum pukul
09.00).
j.
Vitamin
K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses
pembekuan darah normal. Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli,
asparagus dan bayam.
Tabel Perbandingan Angka
Kecukupan Energi dan Zat Gizi Wanita Dewasa, Ibu Hamil dan Menyusui
No
|
Zat Gizi
|
Wanita
Dewasa
|
Ibu
Hamil
|
Ibu
menyusui
|
|
0 – 6 bulan
|
7 –
12 bulan
|
||||
1.
|
Energi (kkal )
|
2200
|
285
|
700
|
500
|
2
|
Protein (g)
|
48
|
12
|
16
|
12
|
3
|
Vitamin A (RE)
|
500
|
200
|
350
|
300
|
4
|
Vitamin D (mg)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
Vitamin E (mg)
|
8
|
2
|
4
|
2
|
6
|
Vitamin K (mg)
|
6,5
|
6,5
|
6,5
|
6,5
|
7
|
Tiamin (mg)
|
1,0
|
0,2
|
0,3
|
0,3
|
8
|
Riboflavin (mg)
|
1,2
|
0,2
|
0,4
|
0,3
|
9
|
Niasin (mg)
|
9
|
0, 1
|
3
|
3
|
10
|
Vitamin B 12 (mg)
|
1,0
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
11
|
Asam Folat (mg)
|
150
|
150
|
50
|
40
|
12
|
Piidoksin (mg)
|
1,6
|
0,6
|
0,5
|
0,5
|
13
|
Vitamin C (mg)
|
60
|
10
|
25
|
10
|
14
|
Kalsium (mg)
|
500
|
400
|
400
|
400
|
15
|
Fosfor (mg)
|
450
|
200
|
300
|
200
|
16
|
Besi (mg)
|
26
|
20
|
2
|
2
|
17
|
Seng (mg)
|
15
|
5
|
10
|
10
|
18
|
Yodium (mg)
|
150
|
25
|
50
|
50
|
19
|
Selenium (mg)
|
55
|
15
|
25
|
20
|
Kebutuhan energi ibu nifas/menyusui pada enam bulan
pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan
ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari.
B.
Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi
pada ibu menyusui sering merupakan akibat lanjut dari kekurangan gizi pada masa
kehamilan, misal anemia dan kekurangan vitamin A. Oleh karena itu ibu menyusui
dianjurkan mengkonsumsi suplemen tablet tambah darah dan vitamin A untuk
menutupi kekurangan dari asupan makanan. Sering juga ibu menyusui kekurangan
energi sehingga menjadi kurus. Hal ini disebabkan kebutuhan energi ibu menyusui
meningkat tanpa diimbangi dengan pola makan ber-Gizi Seimbang.
C.
Petunjuk Mengolah dan Menyajikan Makanan
Selain memilih
makanan yang bergizi, cara mengolah dan menyajikan makanan akan menentukan mutu
gizi makanan. Apabila cara pengolahan bahan makanan dilakukan tidak hygienis,
dapat dipastikan kandungan zat gizinya berkurang, hilang, bahkan dapat
membahayakan kesehatan. Untuk memperoleh makanan yang berkualitas, dibutuhkan
suatu cara mengolah dan menyajikan makanan secara sempurna dan sehat.
Langkah-langkah mengolah dan menyajikan makanan
1.
Pilih
sayuran dan buah-buahan yang masih segar.
2.
Pilih
daging/ikan dengan kadar lemak yang rendah dan masih segar. Jika harus disimpan
dalam lemari es, bungkus rapat dan jangan dicampur dengan bahan makanan lain.
Daging yang disimpan di freezer dapat
bertahan sampai 1 bulan.
3.
Belilah
daging yang sudah dapat pengesahan resmi dari badan pemerintah.
4.
Bersihkan
tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan.
5.
Cuci
bahan makanan sampai bersih.
6.
Pergunakan
peralatan masak yang bersih.
7.
Saat
memasak sayuran, upayakan jangan terlalu empuk/lunak dan panci dalam keadaan
tertutup.
8.
Untuk
membunuh kuman dalam daging, masaklah daging sampai matang.
9.
Hindari
pemakaian zat pewarna, pengawet, dan bumbu masak (vetsin).
10.
Usahakan
jangan memakai minyak goreng yang sudah berulangkali digunakan.
11.
Perhatikan
waktu kadaluarsa, komposisi vitamin, mineral, serta kemasan makanan kalengan
yang digunakan (tidak penyok atau berkarat).
12.
Sesudah
selesai memasak, bersihkan tempat mengolah daging dan ikan dengan sabun yang
mengandung antiseptik.
D.
Pantangan Makanan
Makanan yang
dikonsumsi ibu menyusui sangat menentukan kondisi bayinya. Oleh karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari makanan-makanan tertentu yang dapat
berdampak negatif pada bayi. Apabila ibu menyusui mengkonsumsi makanan kemasan
maka label kemasan yang tertera harus diperhatikan dengan teliti.
Makanan yang sebaiknya dihindari
1. Makanan awetan yang mengandung
zat aditif. Makanan seperti ini kemungkinan besar dapat membahayakan kesehatan
bayi.
2. Makanan berkalori tinggi yang
hanya mengandung gula, lemak, dan kurang mengandung zat-zat gizi lainnya,
misalnya fastgood, softdrink, dan
goreng-gorengan.
3. Daging atau makanan yang tidak
diolah dengan sempurna karena kemungkinan besar masih mengandung kuman.
4. Kopi dan coklat yang
berlebihan. Kafein dapat meningkatkan tekanan darah yang dapat membahayakan
kesehatan ibu menyusui dan bayinya.
E.
Tindakan
Asuhan Masa Nifas Normal
Ibu menyusui harus :
1. Mengkonsumsi tambahan kalori (pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam
bulan kedua 500 kkal/hari).
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui).
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
SENAM NIFAS
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama
dan otot dasar panggul. Organ-organ tubuh
wanita
akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan
berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya.Untuk mengembalikan ke keadaan
normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik
dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
Masa pasca melahirkan
ibu disarankan melakukan olahraga, diantaranya senam nifas. Senam nifas
sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah melahirkan. Pada ibu post seksio
sesaria, ambulasi dini termasuk senam nifas dimulai pada 24 – 36 jam setelah
melahirkan. Dengan ambulasi dini dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk
semula.
1.
Pengertian
Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh
yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
2.
Manfaat Senam Nifas
a.
Manfaat latihan secara umum :
1)
Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal.
2)
Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat
kehamilan dan persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
3)
Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan
menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
b.
Manfaat khusus latihan perineal (kegel) :
1)
Membantu menghindari terjadinya mengompol akibat stress.
2)
Mencegah turunnya organ-organ pinggul.
3)
Mengatasi masalah seksual.
c.
Manfaat khusus latihan perut
:
1)
Mengurangi risiko sakit punggung dan
pinggang.
2)
Mengurangi varises vena.
3)
Mengurangi edema di kaki.
4)
Mengatasi kram di kaki.
5)
Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena (thrombi).
6)
Memperlancar peredaran darah
3.
Faktor-Faktor
yang Menentukan Kesiapan Ibu Melakukan Senam Nifas
4.
Hal-Hal
yang Harus Diperhatikan
a.
Lakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan
ringan.
b.
Lakukan latihan singkat, tetapi sering dibandingkan latihan
yang berat tetapi hanya sekali-sekali.
c.
Lakukan latihan dengan perlahan, jangan
mengulang suatu seri terlalu cepat tanpa jeda istirahat.
d.
Beristirahatlah di antara latihan karena
perbaikan otot terjadi saat ini – bukan saat otot digerakkan.
e.
Jangan berlatih lebih dari yang
dianjurkan, meskipun merasa sanggup melakukannya.
f.
Berhentilah sebelum lelah.
g.
Jangan melakukan latihan sit up penuh, menekuk lutut
ke arah dada, atau pengangkatan dua kaki, selama 6 minggu pertama pasca
persalinan.
5.
Tahap-Tahap Senam Nifas
a.
Latihan tahap pertama : 24 jam setelah persalinan
1)
Latihan Kegel (latihan perineal)
Lakukan
gerakan seperti menahan Buang
Air Kecil (BAK), tahan 8-10 detik.
Latihan ini dapat dilakukan dimana saja, bahkan saat berbaring setelah
melahirkan.
2)
Latihan pernafasan diafragma yang dalam
Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk
kemudian ambil napas sambil kencangkan otot-otot perut dan hembuskan napas
perlahan lewat mulut.
b.
Latihan tahap kedua : 3 hari pasca
persalinan
1)
Latihan mengangkat pinggul
Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk
kemudian hirup nafas, sementara anda menekan pinggul ke lantai,
selanjutnya hembuskan nafas dan lemaskan. Mulailah dengan 3 – 4 kali, kemudian
secara bertahap sampai 12 lalu 24 kali.
2) Latihan mengangkat kepala
Tarik napas dalam-dalam, angkat kepala sedikit sambil menghembuskan
napas, kemudian turunkan kepala perlahan sambil menarik napas.
3) Latihan meluncurkan kaki
Secara berlahan julurkan kedua tungkai kaki hingga rata dengan lantai,
kemudian geserkan telapak kaki kanan dengan tetap menjejak lantai ke belakang
kearah bokong, pertahankan pinggul tetap menekan lantai geserkan tungkai kaki
kembali kebawah, ulangi untuk kaki kiri.
Mulailah dengan 3 – 4 kali geseran setiap kaki, lalu secara bertahap
sampai 12 kali atau lebih dengan nyaman.
c.
Latihan tahap ketiga : setelah
pemeriksaan pasca persalinan
1) Latihan mengencangkan otot
perut
Ambil posisi
dasar, letakkan tangan di perut kemudian kencangkan otot perut dan kendurkan
lagi. Gerakan harus ke
arah dalam, dada tidak boleh ikut bergerak.
2) Latihan merapatkan otot
perut
Tahan otot perut
dengan tangan, angkat kepala dan pundak dari bantal seolah hendak duduk. Ulangi
5 kali.
3) Latihan merampingkan
pinggang
Letakkan dua tangan di pinggang dan tekan
keras-keras seolah-olah sedang mengencangkan ikat pinggang kemudian kendurkan. Ulangi
sebanyak 5 kali.
4) Berlutut
a)
Sikap
merangkak bertumpu pada lutut dan telapak tangan. Gerakkan pinggang ke atas, ke bawah, sambil kencangkan otot
perut.
b)
Gerakkan pinggul dan
kepala ke kiri dan ke kanan bergantian.
5)
Latihan meregangkan badan
a)
Berbaring terlentang. Kencangkan
otot perut, gerakkan
lengan di samping badan seolah hendak menjangkau mata kaki secara bergantian.
Luruskan kembali. Lakukan pada masing-masing lengan sebanyak 5 kali.
b)
Berbaring miring.
Kencangkan otot perut, gerakkan lengan lurus ke atas kepala dan kaki
lurus-lurus ke bawah sehingga badan membentuk garis lurus. Istirahat, ulangi sebanyak 5 kali.
6)
Duduk
Letakkan tangan
di atas kepala, otot perut dikencangkan ke dalam dan gerakan tubuh ke depan
untuk memegang jari-jari kaki. Ulangi sebanyak 5 kali.
7)
Berdiri
Berdiri tegak
kemudian perut dikencangkan ke dalam.
8)
Berbaring telungkup
Berbaring dengan
bantal di bawah kepala dan sebuah lagi di bawah perut kemudian kencangkan otot perut. berbaring
tidak boleh lebih dari 20 menit.
AMBULASI DINI (EARLY AMBULATION)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan,
lebih-lebih bila partus berlangsung agak lama, karenanya harus cukup istirahat.
Tetapi jika tidak ada permasalahan ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan.
Ambulasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan dan nifas. Ambulasi
dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu.
1.
Pengertian
Ambulasi dini (early
ambulation) adalah mobilisasi
segera setelah ibu melahirkan
dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
2.
Waktu Ambulasi
Ibu
post
partum diperbolehkan bangun dari tempat
tidurnya 24 – 48 jam setelah melahirkan.
Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi
dengan miring kanan/kiri, duduk
kemudian berjalan.
3.
Keuntungan Ambulasi Dini
a.
Ibu merasa lebih
sehat dan kuat, sehingga dapat segera merawat bayinya.
b.
Meningkatkan
sirkulasi darah dan mencegah tromboflebitis.
c.
Meningkatkan fungsi
kerja peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi.
4.
Kontraindikasi
Ibu dengan penyulit, seperti : anemia, penyakit jantung,
penyakit paru, dan lain-lain.
ELIMINASI
1.
Buang Air Kecil (BAK)
Perubahan
Sistem Renal
Pelvis
renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal
pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih
mengalami banyak edema dan hipotonik, yang dapat mengakibatkan overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna, dan urin residual berlebihan kecuali diberikan
perawatan untuk pengosongan kandung kemih.
BAK secara spontan harus terjadi dalam 4 – 8 jam pertama dan
minimal sebanyak 200 cc. Ibu
diusahakan dapat buang air kecil sendiri.
Rangsangan BAK
yang dapat dilakukan :
a.
Anjurkan ibu untuk
minum banyak cairan.
b.
Segera lakukan
ambulasi.
c.
Dirangsang
dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
d.
Mengompres air hangat/dingin diatas simpisis.
e.
Bila perlu lakukan
kateterisasi sewaktu.
Prosedur
kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi, untuk itu kateterisasi tidak
dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum. Jika dilakukan
douwer kateter,
maka harus diganti setelah 48 jam.
2. Buang Air
Besar (BAB)
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal
karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan
defekasi. Wanita menahan mungkin defekasi karena perineumnya mengalami
perlukaan atau karena kurangnya pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak
jahitan pada perineum jika melakukan defekasi. Biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air besar.
Asuhan yang bisa diberikan :
a.
Ambulasi dini dan
olahraga teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
b.
Asupan cairan yang
adekuat dan diit tinggi serat.
c.
Jika
klien pada hari ke tiga belum juga buang air besar maka diberikan obat laksan
supositoria.
KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)
Pada masa postpartum, seorang wanita akan rentan terhadap infeksi. Untuk
itu, kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan
diri meliputi kebersihan
tubuh,
pakaian, tempat tidur
maupun lingkungan. Baik kebersihan ibu maupun bayinya.
1.
Kebersihan
Diri Ibu
a. Personal hygiene
1) Mandi di tempat tidur dilakukan
sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi.
2) Mandi teratur minimal dilakukan
2 kali dalam sehari.
3) Mengganti pakaian dan alas
tempat tidur.
4) Menjaga lingkungan sekitar
tempat tinggal.
b. Vulva hygiene
1) Mengajarkan ibu cara
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
2) Setelah BAB atau BAK perineum
dibersihkan secara rutin dengan cara membersihkan mulai dari simpisis sampai
anal sehingga tidak terjadi infeksi.
3) Menyarankan untuk mengganti
pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3 – 4 jam atau
paling sedikit 4 kali sehari. Posisikan pembalut dengan benar sehingga tidak
bergeser dan lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
4) Beritahu tentang jumlah, warna
dan bau lochea sebagai deteksi dini jika terdapat kelainan.
5) Menyarankan untuk mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyentuh daerah kelamin.
6) Anjurkan untuk tidak sering
menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
7) Pada ibu dengan post sectio
caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering.
c. Perawatan payudara
1)
Menjaga payudara tetap
bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang menyokong
payudara.
2)
Apabila putting susu
lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap
selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak
lecet.
3)
Apabila lecet sangat
berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan
menggunakan sendok.
4)
Untuk menghilangkan
nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
2.
Kebersihan
Bayi
Hal-hal yang perlu dijelaskan kepada ibu nifas
agar bayi tetap terjaga kebersihannya :
a.
Memandikan bayi
setelah 6 jam postpartum untuk mencegah hipotermi.
b.
Mandikan bayi 2
kali sehari.
c.
Mengganti pakaian
bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor karena BAB/BAK.
d.
Menjaga daerah
pantat dan kelamin agar tetap bersih dan kering.
e.
Menjaga tempat
tidur bayi selalu bersih dan hangat.
f.
Menjaga peralatan
bayi tetap bersih.
ISTIRAHAT DAN TIDUR
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat.
Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau tidak.
Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur
karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau
mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Seorang ibu yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan
waktu lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan,
terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Istirahat
dapat dilakukan dengan tidur siang atau tidur malam.
1.
Dampak kurang tidur
a.
Jumlah ASI
berkurang.
b.
Memperlambat proses
involusi uteri.
c.
Menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan dalam merawat bayinya.
2.
Asuhan yang dapat diberikan
a.
Istirahat cukup
untuk mengurangi kelelahan.
b.
Tidur siang atau
istirahat selagi bayi tidur.
c.
Kembali ke
kegiatan/aktivitas rumah tangga secara bertahap.
SEKSUAL
Apabila
perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa
dilakukan pada 3 – 4 minggu post Partum.
Hasrat seksual
pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatanya maupun lamanya, juga
orgasmepun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat
dilakukan setelah masa nifas,
berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses
penyembuhan luka post partum
sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun demikian hubungan seksual
dilakukan tergantung suami istri tersebut. Pada saat melakukan hubungan
seksual sebaiknya perhatikan waktu,
penggunaan kontrasepsi,
dispareuni,
kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
1.
Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas :
a. Intensitas respons seksual berkurang karena perubahan
faal tubuh.
b. Rasa lelah karena mengurus bayinya sehingga mengalahkan
minat untuk berhubungan seksual.
c. Bounding dengan bayinya menguras semua cinta kasih,
sehingga waktu untuk pasangan berkurang.
d. Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara
psikologis tidak nyaman untuk berhubungan.
e. Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen
menurun yang mempengaruhi sel-sel menyekresi cairan pelumas vagina alamiah
berkurang, sehingga menimbulkan rasa sakit bila berhubungan.
f. Ibu mengalami letdown ASI, sehingga respon terhadap
orgasme yang diarasakan sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui.
2.
Asuhan yang dapat diberikan :
a.
Bidan biasanya memberikan batasan 6 minggu postpartum.
b.
Ungkapkan cinta dengan cara lain.
c.
Komunikasi harus tetap terjalin.
d.
Penggunaan alat kontrasepsi harus segera dilakukan.
KELUARGA BERENCANA (KB)
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu),
dengan tujuan menjaga kesehatan ibu.
Keluarga
berencana (WHO Expert Commite, 1970) adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk :
ü Mendapatkan
objektif-objektif tertentu.
ü Menghindarkan
kelahiran yang tidak diinginkan.
ü Mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan.
ü Mengatur
interval diantara kelahiran.
ü Mengontrol waktu
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
ü Menentukan
jumlah anak dalam keluarga.
1. Evaluasi Asuhan
Evaluasi yang perlu dilakukan bidan dalam memberikan
asuhan kepada ibu nifas dan rencana ber-KB, antara lain :
a.
Ibu mengetahui pengertian KB dan manfaatnya.
b.
Ibu dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi
untuk menyusui.
c.
Ibu dapat menyebutkan beberapa keuntungan dan kekurangan
pemakaian alat kontrasepsi.
d.
Ibu dapat memilih/menentukan metode kontrasepsi yang
sesuai.
2. Macam-Macam Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui
a.
MAL (Metode Amenore
Laktasi).
b.
Pil progestin (mini pil).
c.
Suntikan progestin.
d.
Kontrasepsi implant.
e.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
DAFTAR
PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta; EGC.
Fairuz, Martini dan Prasetyowati. 2010. Buku
Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta; EGC.
Krisnatuti, Diah dan Hastoro, Indriyadi. 2000. Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta; Puspa Swara.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan
Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta; Trans Info Media.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta; JNPKKR –
POGI.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa
Nifas. Yogyakarta; Fitramaya.
Varney,
Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta; EGC.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Panduan Lengkap Olahraga bagi Wanita Hamil dan Menyusui. Yogyakarta; Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar